Wed, 10 Sep, 2025
RSUPKANDOU.COM, MANADO – Menyusul beredarnya pemberitaan di sejumlah media online terkait dugaan malpraktik terhadap seorang bayi berusia 11 bulan berinisial AGT, pihak RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado angkat bicara.
Manajer Pelayanan Medik RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado, dr. Wiyono, menjelaskan kronologi perawatan bayi tersebut sejak masuk hingga akhirnya meninggal dunia.
Menurutnya, Pasien AGT masuk ke RSUP Kandou pada 2 September 2025 dan langsung dirawat di ruang PICU. Setelah menjalani perawatan intensif, pada 8 September pasien dipindahkan ke ruang perawatan biasa Irina E. Atas.
"Adapun diagnosis pasien yakni lahir prematur, pneumonia berat (radang paru-paru), jantung bocor, gizi kurang, serta imunisasi tidak lengkap," ungkap dr. Wiyono, Rabu (10/9).
Ia menuturkan, pada 9 September sekitar pukul 08.20 WITA, dokter penanggung jawab pasien (DPJP) melakukan visite. Saat itu pasien diketahui sedang memegang botol susu yang sudah kosong, ternyata pasien sempat minum susu kembali yang dibuat omanya.
Dokter kemudian mengingatkan keluarga pasien agar tidak memberikan susu dalam posisi tidur karena kondisi jantung dan paru-paru pasien sangat berisiko.
Sekitar pukul 09.26, pasien dijadwalkan menjalani pemeriksaan echo jantung oleh dokter spesialis anak dan selesai pukul 10.15. Setelah itu pasien kembali ke ruang perawatan dan dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.
"Pukul 11.30 siang, pasien sesuai jadwal mendapat suntikan antibiotik Ampicilin Sulbactam 370 mg, suntikan sudah berjalan selama tujuh hari,” jelasnya.
Saat perawat hendak menyuntikkan obat melalui alat yang audah terpasang di kaki, pasien AGT berada dalam pelukan sang oma. Ketika jarum suntik dimasukkan, pasien menangis. Namun tiba-tiba oma pasien berteriak panik bahwa cucunya mendadak lemah dan mulai hilang kesadaran.
"Perawat langsung melakukan tindakan awal dan segera membawa pasien ke ruang tindakan. Dalam hitungan detik, tim dokter sudah berada di lokasi. Kondisi pasien saat itu denyut nadinya sangat kecil dan sudah tidak bernapas,” kata Wiyono.
Tim medis kemudian berupaya melakukan resusitasi dan memasang alat bantu napas (ETT). Saat prosedur dilakukan, keluar banyak cairan susu dari saluran pernapasan pasien. Hal ini menandakan adanya aspirasi susu ke paru-paru.
"Sayangnya, meski dilakukan berbagai upaya medis, kondisi pasien tidak dapat kembali. Sekitar pukul 12.00 pasien rencananya akan dipindahkan kembali ke PICU, namun dalam perjalanan pasien dinyatakan meninggal dunia," ujar dr. Wiyono.
Lebih lanjut, pihak RSUP Kandou menegaskan bahwa dugaan malpraktik tidak benar. Seluruh tindakan medis yang diberikan sudah sesuai standar prosedur.
“Kami memahami duka keluarga pasien. Namun perlu kami luruskan, kematian pasien bukan karena kesalahan medis, melainkan komplikasi dari penyakit bawaan yang kompleks ditambah kondisi gizi dan daya tahan tubuh yang lemah. RSUP Kandou sudah memberikan perawatan maksimal sesuai standar,"tegas dr. Wiyono.
Ia menambahkan, Pimpinan rumah sakit turut menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam.
"Semoga keluarga diberikan kekuatan. Kami dari manajemen RSUP Kandou berkomitmen untuk selalu transparan dan melayani pasien dengan profesional,"tutupnya.